Justitia Avila Veda, Lewat Teknologi Dampingi Korban Kekerasan Seksual

Justitia-Avila-Veda

Teknosuar.com – Ramainya isu mental health di kalangan gen-z tampak semacam gunung es dibandingkan isu kesehatan mental pada umumnya. Sebab diluar isu tersebut, ada banyak isu kesehatan mental yang disebabkan banyak hal dan terjadi pada semua umur.

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 saja mencatat ada lebih dari 19 juta penduduk berusia 15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional. Bahkan 12 juta diantaranya mengalami depresi.

Korban Tindak Kekerasan Seksual

Salah satu penyebab depresi yang menjadi momok menakutkan seumur hidup adalah karena tindak kekerasan seksual. Tindakan kriminal ini menyebabkan korbannya mengalami dampak buruk pada fisik, psikis, dan psikososial.

Secara fisik, korban akan mendapatkan luka di tubuhnya, ada kemungkinan juga terserang penyakit menular seksual, sampai hilangnya nyawa.

Sementara pada sisi psikis, korban bisa mengalami kondisi traumatis berkepanjangan yang mengakibatkan depresi, ketakutan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), hingga kemungkinan untuk bunuh diri.

Korban tindak kekerasan seksual bahkan harus menerima konsekuensi sosial juga dari masyarakat. Bisa berupa penolakan dari keluarga maupun komunitas masyarakat yang belum bisa menerima dan mendukung pemulihan korban.

Terlebih korban juga bakal menanggung imbas ekonomi akibat tindakan kekerasan seksual ini. Sehingga tidak sedikit korban kekerasan seksual yang jatuh miskin karena mengurus banyak hal.

Korban dari tindakan kekerasan seksual ini bisa terjadi pada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Meski data menunjukkan korbannya lebih banyak terjadi pada perempuan.

Para korban kerap memilih bungkam, karena minimnya dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, mereka kerap menyerah karena pelakunya sering terbebas dari tuntutan hukum.

Hal itulah yang mendasari Justitia Avila Veda, seorang pengacara muda yang saat ini konsentrasi pada isu kekerasan seksual.

Sebelum serius menggeluti isu ini, Veda mulanya iseng mengunggah cuitan di Twitter (sekarang X). Ia mengunggah bahwa dirinya bersedia untuk mengobrol dan terbuka untuk mereka yang mengalami kekerasan seksual. Ia berharap bisa mengetahui ada korban dan masih bingung untuk mendapatkan keadilan hukum.

Cuitan yang iseng itu ternyata viral dalam waktu kurang dari 24 jam. Ia mendapatkan sekitar 40 e-mail aduan dan ada ratusan yang mengadu lewat pesan pribadinya di Twitter.

“Saya tak menyangka dalam dua hari mendapatkan 200 aduan lewat direct message,” ungkap Veda dalam sebuah diskusi yang dihelat Good News From Indonesia (GNFI) Akademi pada 5 September 2023 lalu.

Kolektif Advokat untuk Keadilan Gender (KAKG)

Akhirnya inisiatif Veda ini mendapatkan dukungan dari pengacara dan paralegal lainnya. Mereka menawarkan diri untuk bergabung dengan Veda guna pendampingan hukum terhadap korban kekerasan seksual.

Veda pun membentuk Kolektif Advokat untuk Keadilan Gender (KAKG). Pada mula dibentuknya, KAKG ini beranggotakan 15 pengacara dan paralegal. Dan saat ini sudah berkembang menjadi 45 pengacara dan paralegal.

KAKG ini merupakan langkah Veda untuk memberikan layanan pendampingan hukum dan jasa hukum berbasis jaringan internet. Langkah ini dibuat agar konsultasi hukum bisa lebih terstruktur, terukur, dan akuntabel.

KAKG bisa diakses lewat akun Instagram @advokatgender atau buat yang membutuhkan konsultasi dan pendampingan hukum bisa mengirim e-mail ke konsultasi@advokatgender.org.

KAKG memiliki empat kelompok penerima manfaat, yakni mereka yang termarginalkan secara ekonomi, kelompok anak dibawah 18 tahun, minoritas etnis dan minoritas gender, dan kelompok rentan seperti disabilitas dan pengungsi.

Hingga saat ini KAKG telah menerima 465 aduan. Dari ratusan aduan tersebut, ada lima kasus yang telah diputus oleh pengadilan. Dalam hasil putusan tersebut, selain pelaku dipidana, juga ada restitusi (kompensasi yang dibayarkan pelaku) terhadap korban.

SATU Indonesia Awards 2022

Langkah Veda dalam KAKG ini membuatnya mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2022 di bidang kesehatan. Penghargaan ini membuat Veda semakin semangat untuk mendorong dan memperluas akses terhadap keadilan hukum, khususnya bagi mereka yang menjadi korban kekerasan seksual.

Veda berharap layanan pendampingan korban kekerasan seksual ini bisa menjangkau seluruh Indonesia. Sebab menurutnya kekerasan seksual terjadi di banyak wilayah Indonesia dengan karakteristiknya masing-masing.

Rating Artikel

Bagikan:

Related Post

Leave a Comment